15 Des 2015

Karapan sapi | Pojok Wawasan 3rd


Karapan sapi | Pojok Wawasan 3rd

      Indonesia negeri kaya budaya dan tradisi. Karapan Sapi adalah salah satu tradisi  khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finish. 


      Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.

Pengertian kata “karapan” adalah adu sapi memakai “kaleles”. Kaleles adalah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut “tukang tongko”. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

Bagi masyarakat Madura, karapan sapi bukan sekadar sebuah tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi adalah sebuah prestise kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat.

      Sejarah asal mula Kerapan Sapi tidak ada yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun diketahui bahwa Kerapan Sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur dikenal sebagai Sayyid Ahmad Bidawi, cucu dari Sunan Kudus yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13. Awalnya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah.


Tiap tahun, Madura mengadakan adu balap sapi untuk melestarikan tradisi yang juga telah menjadi simbol kebangaan. Sapi-sapi yang dilombakan adalah sapi pilihan dengan kualitas terbaik dan telah melalui serangkaian perawatan khusus.


Sebagai event bergengsi di Pulau Madura, Karapan Sapi selalu menarik perhatian banyak pengunjung tidak hanya dari wisatawan lokal namun hingga mancanegara.
Biasanya Kerapan sapi dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang membanggakan, kerapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. 

 Misal di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan, peran magis religius misal adanya perhitungan - perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu. Terdapat seorang 'dukun' yang akan mengusahakannya. Pada setiap tim pasti memiliki seorang 'dukun' sebagai tim ahli untuk memenangkan perlombaan.


sekian--