16 Des 2016

soekarno dan rokok

Image result for soekarno merokok
Pernah suatu ketika, Presiden pertama Republlik Indonesia, Ir Soekarno marah-marah karena melihat ada puntung rokok yang terserak di dekat pos jaga Istana Negara. Bukan, bukan. Soekarno bukan anti rokok kok. Ia hanya tak suka melihat ada puntung rokok berserakan.
Image result for soekarno merokok
Karena hal itu, Ia meminta para penjaga untuk mengeluarkan bungkus rokok mereka, hendak mencocokkan puntung yang terserak dan rokok para penjaga. Hasilnya, tidak ada yang bermerek sama dengan puntung yang masih terkapar di tanah. lantas, dengan santai ia memungut puntung itu dan menaruhnya di tempat yang semestinya. Tentu sambil mengingatkan para penjaga agar tetap menjaga kebersihan.
Tidak, tidak. Bung Besar memang orang yang berapi-api, tapi Ia tak akan memarahi orang yang tidak bersalah. Ia pun tidak memerintahkan para penjaga untuk membuang puntung itu, karena Ia tahu, Ia bisa melakukannya sendiri. Sebagai pemimpin, Ia memberi contoh dengan perbuatan, bukan hanya dengan ocehan.
Cerita tadi hanyalah satu dari banyak cerita tentang Soekarno dan Rokok. Rokok dan Bung Besar nampaknya sulit untuk dipisahkan. Ia merokok bersama banyak orang. Dari Jawaharlal Nehru, Nikita Kruschev, hingga Sjahrir dan orang-orang di parlemen. Ketika itu memang gedung parlemen masih membolehkan orang untuk merokok. Mungkin itu sebabnya anggota parlemen hari ini tidak selo dan produktif seperti dulu.
Image result for soekarno merokok
Balik lagi ke Bung Besar, pernah dalam suatu perjalanan Ia kehabisan rokok. Padahal, saat itu Ia Bung Besar baru saja selesai makan. Ia berkata kepada rombongannya, “Bapak ini merokok sehari hanya dua batang. Tiap-tiap habis makan satu batang. Kok rokok saya satu kaleng yang isinya 50 batang bisa habis satu hari, itu bagaimana?”
Ternyata, rokok Bung Karno juga dihisap oleh para pengawalnya. Karena itu, rokok Bung Karno kemudian dipegang oleh ajudannya yang bernama Mangil supaya selalu utuh. Kenapa begitu, ya karena tidak ada yang berani minta rokok padanya dan karena Mangil sendiri tidak merokok.
Tak hanya itu, Mangil pun pada suatu kesempatan diminta Bung Besar untuk selalu membawa korek api. Kala itu Bung Karno berkata, “Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu harus selalu memegang baju Bapak sebelah belakang. Maka dari itu, kamu supaya selalu membawa sakarin dan korek api. Sungguh pun yang minta api itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang akan merokok, kamu dapat pahala.”
Image result for soekarno merokok
Begitulah Soekarno, pemimpin besar revolusi sekaligus bapak bangsa republik ini. Sebagai perokok, Ia mengenal etika dan bertanggung jawab. Tak suka Ia melihat puntung rokok berserakan, tapi juga tak segan Ia membuangnya sendiri tanpa memerintah orang lain. Dengan santai, tanpa perlu memaki.
Sebagai pemimpin, Ia adalah panutan bagi banyak orang. Menentang Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imprealisme), menjungjung tinggi kemandirian bangsa melalui Berdikari (berdiri di atas kaki sndiri), dan masih banyak lagi. Seandainya Bung Besar masih memimpin hingga kini, entah apa yang bakal dilakukan kaum anti rokok terhadapnya.  Oh iya, ada satu yang terlupa, merek 555 adalah favorit Bung besar.
Image result for soekarno merokok

PROSES PEMBUATAN KRETEK TANGAN

Image result for rokok kretek


Setiap harinya kita dengan mudahnya menikmati kretek dengan membeli di warung terdekat.  Namun bagaimana sebenarnya proses dibalik pembuatan kretek tangan,berikut kami sajikan infografis yang menggambarkan tatacara pembuatan kretek tangan.
Image result for rokok kretek


Memahami TAR dan Nikotin

Nikotin dan tar adalah dua zat yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apakah kita semua sudah tahu apa nikotin dan tar itu? Kebanyakan orang mendengar kedua nama ini karena santer diberitakan sebagai salah satu kandungan rokok. Ya, memang benar keduanya merupakan zat yang terkandung dalam rokok namun, tahukah anda bahwa  nikotin juga terdapat pada tanaman lain?
Image result for nikotin
Nikotin adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Pada umumnya nikotin terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen dan terkadang juga oksigen. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan bersifat stimulant terhadap tubuh manusia. Contoh lain dari senyawa alkaloid ini misalnya, kafein yang juga memiliki efek stimultan pada tubuh.
Related image
Selain pada tembakau, nikotin juga terdapat pada beberapa sayuran yang sering kita konsumsi sehari-hari, berikut ini saya merangkumnya dalam sebuah tabel beberapa tanaman yang mengandung nikotin dan kadarnya:
Nama TanamanRata-rata Jumlah Nikotin  perbuah
Kembang Kol3,8 gram
Terong100 gram
Kentang15,3 gram
Kulit Kentang4,8 gram
Tomat Mentah42,8 gram
Tomat Matang4,1 gram
Daun Tembakau5% per 100 gram
Sumber: food.detik.com (2012)
U.S. Congress pada tahun 1990 menyatakan, nikotin membuat tubuh merasa relaks, lebih energik dan bersemangat, atau bahkan sebaliknya. Efek ini biasanya dikenal sebagai biphase effect. Nikotin akan diserap tubuh (darah), diringi dengan pelepasan adrenalin dan penghambatan beberapa hormon.
Disamping itu, nikotin juga merangsang otak dengan membuat zat endorphin lebih banyak dari keadaan normal. Struktur kimia endorphin hampir sama dengan obat penghilang rasa sakit seperti morphine.
Efek tersebut tak hanya timbul dari rokok atau tembakau namun bisa juga dari tanaman lain yang mengandung nikotin. Hal ini tergantung pada seberapa banyak kadar nikotin yang diserap oleh tubuh. Pada kasus rokok, nikotin juga akan terlepas setelah proses pembakaran sehingga asap rokok pun masih mengandung nikotin yang bisa terhisap.
Image result for nikotin
Sedangkan, Tar adalah senyawa kimia dan kumpulan bahan kimia yang akan beredar dalam asap hasil pembakaran. Bentuk asli tar adalah cairan yang warnanya kecokelatan. Kebanyakan tar dihasilkan dari batubara. Namun, bisa juga dari minyak bumi, gambut, dan kayu.
Dalam hal ini, Tar juga dihasilkan beberapa jenis bahan konsumsi, seperti Sate atau Ayam bakar. Sebagai makanan yang tersedia akibat proses pembakaran, Sate, Ayam Bakar, maupun olahan lain yang dibakar tentu mengandung Tar dengan kadar yang beragam. Karena itu, masyarakat Indonesia kerap menyajikan olahan makanan bakar dengan acar atau lalapan.
Masyarakat Indonesia telah mengenal kebiasaan ini sejak lama. Acar maupun lalapan biasa disajikan untuk makanan dengan “faktor resiko penyakit” yang cukup tinggi. Ini membuktikan masyarakat Indonesia secara adaptif mampu mengurangi faktor resiko dari makanan-makanan enak agar tetap bisa disantap.
Image result for nikotin
Hal ini juga ditemukan pada rokok kretek. Kretek sebagai rokok yang khas Indonesia juga menggunakan cengkeh sebagai campuran bahan baku. Tentu perlu diketahui jika cengkeh memiliki manfaat untuk kesehatan. Karena itu, cengkeh menjadi semacam lalapan bagi sajian rokok.
Saat menjalani kehidupan, nikotin dan tar memang jadi senyawa yang tidak bisa kita hindari. Terutama nikotin karena merupakan zat alami yang ada pada tanaman. Perlu bijak menanggapi zat-zat yang dapat menjadi faktor risiko pada tubuh ini, jika memang tak mungkin dihindari konsumsilah secara bijak. Pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, bukan?

Wanita indonesia juga berhak Merokok


Hidup di Indonesia sebagai perempuan dan perokok adalah sebuah dilema. Pertama kami adalah perempuan, kedua kami juga perokok. Pada generasi ibu-ibu kami, kami diberitahu bahwa perempuan yang merokok adalah tabu, perempuan yang merokok adalah pelacur, perempuan yang merokok adalah perempuan yang tidak baik. Maka dari itu ketika kami merokok di depan umum, semua orang memandang kami dengan sebelah mata.
Ketika seorang laki-laki merokok di Indonesia, hal ini dipandang lumrah dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya kami. Perempuan yang merokok tidak memiliki tempatnya dalam tatanan sosial kami. Perempuan yang merokok dianggap aneh, dianggap nyeleneh. Padahal kebanyakan dari produksi kretek di negara kami, semua dilinting satu per satu oleh tangan buruh rokok kretek yang cekatan dan hampir semuanya perempuan.

Namun di generasi nenek-nenek kami, banyak perempuan yang merokok. Mereka merokok karena merokok adalah sebuah pilihan. Mereka merokok karena itu adalah bagian dari budaya mereka. Mereka tidak terbebani denganpencitraan mengenai rokok dan perempuan. Mereka tidak dicekoki dengan PEREMPUAN BERBICARA KRETEK nilai-nilai bias yang sempit akan kebaikan dan keburukan di balik kebiasaan merokok. Merokok bagi mereka adalah sebuah pilihan yang natural.
Selain cerita versi Haji Djamahari, salah satu cerita lainnya adalah bahwa rokok kretek pertama kali diracik oleh seorang perempuan bernama Mbok Nasilah pada tahun 1870-an di Kudus, ia mencampur tembakau dengan cengkeh dan membungkusnya dengan daun jagung kering (kelobot). Niat pertamanya menyediakan rokok kelobot adalah untuk mengurangi kebiasaan nginang (mengunyah sirih) yang mengotori warungnya. Racikannya disukai oleh para pelanggannya. Salah satunya adalah Nitisemito yang kemudian menikahi Mbok Nasilah. Pasangan suami istri ini kemudian bersama-sama mengembangkan racikan Mbok Nasilah hingga menjadi salah satu industri kretek pertama di Kudus, Bal Tiga pada 1914.

Sampai hari ini industri rokok kretek menyumbangkan penghasilan terbesar untuk perekonomian negara ini. Industri rokok kretek menjadi tumpuan banyak keluarga dan khususnya dengan kepala keluarga perempuan. Tenaga yang terlibat langsung dengan industri kretek sebesar 6,1 juta orang. Adalah tidak adil jika hanya menilai kebiasaan merokok kretek sebagai sesuatu yang tidak baik semata, ketika industri rokok nasional adalah tumpuan roda perekonomian bangsa. Tumpuan begitu banyak orang. Kita juga harus mulai menyadari peran perempuan dalam sejarah perkembangan rokok kretek di Indonesia menempati posisi yang cukup vital.
Persoalan pilihan konsumsi rokok harusnya berdasarkan hak mendasar seseorang ketika memutuskan untuk mengkonsumsi sesuatu dan persoalan ini terlepas dari gender. Menjadi perempuan di Indonesia seolah-olah kita tidak memiliki kebebasan bahkan untuk memilih sesuatu yang merupakan hal yang biasa saja bagi laki-laki. Saya terganggu dengan pencitraan perempuan merokok dalam generasi saya, ketika di generasi nenek saya hal itu adalah hal-hal yang biasa aja. Saya pun lelah dengan pencitraan perempuan yang tipikal berkembang di masyarakat. Beban-beban yang harus kami tanggung seolah berlipat ganda. Banyak dari kami menjadi tumpuan keluarga, banyak dari kami harus memilih antara keluarga atau karir, banyak dari kami harus tampil sempurna. Kami harus serba bisa dalam berbagai hal, dan hal kecil seperti merokok bisa begitu saja menjatuhkan seluruh citra kami di mata masyarakat.

Saya mencoba merunut lagi pada pemosisian perempuan dalam sejarah politik negara ini. Saya mencoba mencari lagi sosok-sosok perempuan yang begitu beragam dan mengagumkan. Bukan produk massal yang kesemuanya seragam, semuanya sama dan membosankan. Kami mual dengan standar kecantikan perempuan berkulit putih, berambut panjang lurus dan selalu tersenyum seolah segalanya akan selalu baik-baik saja seperti yang tampil setiap sekian menit di saluran televisi nasional. Kami, perempuan, punya kehidupan yang lebih dari hanya semua itu. Kami berhak menentukan diri kami sendiri.
Saya banyak menemukan sosok-sosok yang menarik dari perempuan yang memilih merokok. Bagi generasi saya, sepertinya merokok identik dengan simbol pemberontakan. Kami lelah untuk berakting sebagai anak-anak manis, kami adalah anak-anak jaman yang menuntut perubahan. Runtuhnya Orde Baru adalah salah satu momen perubahan yang cukup besar dalam hidup kami semua. Saya pikir pada akhirnya momen ini menuntut perubahan yang besar dalam pola pikir kehidupan kami sehari-hari.
Banyak dari masyarakat kita yang langsung memandang miring perempuan yang merokok. Mereka tidak pernah mempertanyakan semua hal yang terjadi di balik perempuan yang memilih merokok. Mereka hanya berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang tidak pantas dan tidak lebih dari itu. Padahal banyak hal dapat digali dari seorang perempuan yang memilih untuk merokok. Dalam tekanan kultural yang memandang negatif perempuan yang merokok, merokok di depan umum bagi seorang perempuan membutuhkan tingkat keberanian yang lebih.

Maka dari itu saya menemukan banyak perempuan yang berani dengan identitas mereka sendiri, banyak yang menyatakan bahwa merokok baginya adalah sebuah simbol pemberontakan dan pembebasan. Banyak dari mereka menyatakan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang sama dengan para laki-laki. Bahwa merokok menenangkan mereka dan menjadi bagian dari pilihan hidup mereka. Kebanyakan dari mereka masa bodoh dengan pencitraan negatif dan mereka hanya menganggap anggapan-anggapan miring itu sebagai sesuatu yang tidak penting.
Pencitraan mengenai perempuan yang baik di Indonesia pernah sangat dipengaruhi oleh negara. Pada masa Orde Baru, perempuan tak boleh lagi berkumpul, berorganisasi, berdiskusi dan memperjuangkan haknya sendiri. Berpolitik bagi perempuan menjadi tabu. Berpolitik sama dengan cap seorang Gerwani, yang telah menjadi hantu menakutkan dalam ingatan sejarah bangsa ini. Politik telah menjadi wilayah di mana perempuan sepenuhnya dipinggirkan. Peran aktifnya dengan sistematis dihilangkan dan tidak lagi memiliki peranan dalam menentukan kebijakan.
Perempuan di Indonesia telah kehilangan haknya untuk bicara, untuk bersuara bagi diri mereka sendiri, bahkan kehilangan kemampuan untuk menentukan apa yang baik bagi diri mereka sendiri. Saat ini perempuan menjadi bulan-bulanan bagi politik pencitraan global. Nilai-nilai standar mengenai perempuan seolah-olah hendak distandarkan dalam target konsumsi perusahaan-perusahaan multinasional.
Perempuan Indonesia tidak lagi bangga dengan kecantikan natural yang dimilikinya. Tidak lagi bangga dengan keberagaman yang mereka miliki. Kesadaran bahwa mereka terdiri dari berbagai suku, memiliki kecakapan bahasa yang berbeda, memiliki susunan genetika yang berbeda dan secara kultural juga berbeda telah terkikis oleh arus global. Seolah-olah semua standar kecantikan perempuan ditentukan oleh yang tersaji di televisi. Standar kehidupan juga ditentukan oleh bentuk konsumsi yang ditawarkan oleh televisi, walaupun mereka tidak membutuhkannya. Tanpa bentukan dan dasar pemikiran kritis, serangan-serangan ini menjadi sesuatu yang fatal dalam perkembangan masyarakat kita.
Celakanya lagi peran perempuan menentukan pembentukan keluarga. Perempuan menempati posisi yang sangat vital dalam pembentukan mental generasi-generasi baru tanpa edukasi dan kesadaran yang cukup, ketika perempuan tidak sanggup menyaring serangan-serangan budaya konsumtif global, seluruh pembentukan nilai dasar dalam keluarga akan terancam. Generasi yang tumbuh hanya akan menjadi pengkonsumsi dan kehilangan daya kreatif kehidupan mereka. Masyarakat kita akan tumbuh menjadi masyarakat yang semakin instan, menerima mentah-mentah apa yang dicekoki kepada mereka dan tumbuh menjadi orang-orang yang sungguh picik.
Dalam persoalan kretek, serangan kampanye anti tembakau menyerang target mereka pada perempuan dan anak-anak. Sedangkan studi-studi mengenai fakta-fakta kesehatan belum sepenuhnya dapat dibuktikan kebenarannya. Studi-studi ini masih didominasi dengan banyak kepentingan dari industri farmasi dan pendanaannya difasilitasi oleh perusahaan-perusahaan yang berkepentingan. Maka dari itu kita harus menjadi lebih kritis dalam mempelajari fakta-fakta yang muncul di lapangan, mencari dan melakukan studi tandingan. Ada etika-etika tertentu dalam kebiasaan merokok, namun bukan berarti seorang perokok patut diperlakukan seperti seorang pesakitan dan tidak manusiawi. Pilihan tetap berada dalam tempatnya dan bukan menjadi ajang pengucilan yang membabi buta.
Perempuan juga berhak merokok tanpa harus dinilai dengan buruk. Hal ini sungguh mendasar untuk masyarakat kita agar menjadi lebih kritis dalam segala sesuatu. Masyarakat kita harus belajar untuk tumbuh dalam cara berpikir yang hanya hitam putih dan tidak berdasarkan hanya asumsi dangkal semata. Kita harus mau melihat lebih jauh sebuah persoalan dan tidak langsung menilainya baik atau buruk begitu saja. Dengan memiliki kesadaran akan adanya proses perjalanan sejarah mengenai peran perempuan dan juga sejarah mengenai kretek, kita tidak akan begitu saja mencap segala sesuatu.
Image result for merokok
Kebiasaan mencap ini pernah menemui titik fatalnya pada periode awal kekuasaan Orde Baru. Jutaan orang meninggal dan hilang hanya karena cap komunis. Negeri kita tumbuh dengan trauma politik yang amat besar. Kebiasaan ini harus kita hilangkan. Kita harus berani berpikir kritis dan melihat melampaui persoalan hanya sebatang rokok kretek. Di dalamnya banyak sekali nilai-nilai kultural, sosial dan ekonomi. Belum lagi persoalan kepentingan perpolitikan ekonomi global yang harus kita pahami dengan baik untuk menjadi bangsa yang maju dan tidak lagi mau dibodohi dengan jargon-jargon liberalisasi perdagangan bebas.
Saya memimpikan suatu hari yang lebih tenang bagi saya untuk merokok tanpa adanya lagi picingan mata yang memandang sebelah mata, melainkan diskusi-diskusi kritis yang menghasilkan solusi-solusi kreatif dalam kehidupan masa depan bangsa ini.
*Tulisan karya Astrid Reza ini diambil dari buku Perempuan Bicara Kretek

20 Nov 2016

wanita di balik tembakau


tembakau adalah sebuah karya seni yang melibatkan banyak tangan. dari mulai proses penanaman hingga proses panen tembakau selalu memiliki sisi  unik dan luar biasa untuk di kupas. tembakau di anggap sebagai dewa penyelamat bagi sebagaian masyarakat, kehidupan mereka bergantung dari hasil tembakau ini setiap tahunnya. bahkan pada daerah penghasil tembakau tertentu seperti jember, terdapat pabrik pabrik besar yang mempekerjakan banyak wanita hanya untuk mengurusi satu hal bernama tembakau ini.
      tembakau dan para wanita? mengapa hal ini berkaitan? mengapa tak pria dan tembakau ? bukankah pria lebih kuat ?
ternyata jawabannya adalah satu hal ini, tembakau memerlukan tingkat ketelitian dalam proses sortasi, terutama tembakau lembaran yang akan menjadi bahan baku cerutu. cerutu memiliki  milai finansial lebih tinggi bila di banding dengan rokok biasa. wanita memiliki sebuah sifat natural sebagai mahluk yang lebih sabar ( telaten : bahasa jawa ) bila di bandingkan pria. ini menunjukkan bahwa wanita benar benar berperan penting demi terciptanya sebuah cerutu berkualitas, sedikit saja kedetilan tidak tercapai maka sebuah cita rasa dari mahakarya berupa cerutu tak akan tercapai.


pada film kali ini akan di jabarkan seberapa besar peran wanita dalam dunia industri tembakau. wanita yang kita anggap mahluk paling indah kini telah bersanding dengan bakal calon mahakarya terindah berupa cerutu.

Rokok Ketengan Sang Penyelamat Ekonomi Mikro

kopi rokok

Hai kretekus, apakah kalian tahu istilah rokok ‘ketengan’? Ya, ‘ketengan’ merupakan istilah bagi orang Indonesia yang merujuk pada membeli rokok dengan cara diecer per batang. Saya kira budaya membeli rokok ‘ketengan’ hanya ada di Indonesia. Entah siapa orang Indonesia yang pertama kali memulai budaya ‘ketengan’ ini. Nampaknya kita harus berterima kasih kepadanya, sebab budaya ‘ketengan’ ini menyelamatkan para asongan, pedagang kaki lima, warung-warung kelontong hingga warkop yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dan menjadi alternatif bagi rakyat tak berduit tebal untuk tetap menghisap cita rasa kretek Indonesia.
Rokok ‘ketengan’ memang sangat lekat dengan rakyat-rakyat kecil, cobalah anda tengok, yang membeli rokok ‘ketengan’ pasti tukang becak, supir angkot, nelayan, buruh, mahasiswa, dan karyawan di saat akhir bulan. Sebab rokok ‘ketengan memang disuguhkan oleh para pedagang untuk menyasar pembeli rokok yang kategori kelasnya menengah ke bawah. Dan juga, karena memang yang berjualan rokok jenis ‘ketengan’ merupakan warung-warung kecil atau usaha unit mikro.
Sungguh di tengah hiruk-pikuk kapitalisme global yang mengagung-agungkan ekonomi makro, rokok ‘ketengan’ menjadi penyelamat ekonomi mikro yang meskipun uangnya adalah recehan (bukan bit koin, saham, cek dan tetek bengek lainnya), namun recehan tersebut rill beredar di masyarakat. Saya kira untuk mengetahui sejauh mana ekonomi rakyat masih berjalan, dengan cara simpel kita lihat saja apakah rokok ‘ketengan’ masih dijual di warung-warung, sebab ini dapat menjadi tolak ukur yang berkaitan dengan daya jual dan daya beli dalam sudut pandang ekonomi mikro.
Dan apabila kita amati dengan seksama, usaha unit mikro memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen. UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor. Jadi selain dari sektor tembakau yang menyumbang devisa negara yang besar, para pedagang rokok ‘ketengan’ ini pun turut memberikan kontribusi ekonomi terhadap negara.
Dalam banyak penelitian, terutama dalam sudut pandang ekonomi kerakyatan, terdapat hubungan positif antara usaha mikro dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut para ahli ekonomi, usaha mikro berperan terhadap pengentasan kemiskinan, maupun dalam menyerap tenaga kerja Indonesia. Beberapa hal ini yang menjadi basis utama Indonesia dalam menghadapi MEA yang sudah dibuka akhir Desember 2015. Dibandingkan dengan usaha yang berskala besar, usaha unit mikro terbukti lebih tahan dan resisten terhadap krisis ekonomi. Catatan yang penting lainnya adalah para pelaku usaha mikro ini tidak banyak bergantung kepada suntikan modal dari pemerintah maupun swasta, kebanyakan mereka berdiri dan berjalan secara mandiri.
Hulu ke hilir sektor tembakau banyak memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, jika dari sektor hulu banyak berdampak besar bagi perekonomian negara dalam skala makro, maka dari sektor hilir pun banyak memberikan sumbangsih dalam perekonomian skala mikro. Maka hal ini dapat menciptakan tujuan bersama dalam ekonomi kerakyatan bagi rakyat Indonesia. Ciri-ciri ekonomi kerakyatan, menurut Prof. Revrisond Baswir adalah, Pertama, adanya partisipasi penuh seluruh masyarakat Indonesia dalam produksi nasional sebagaimana tertera dalam pasal 27 UUD 1945. Kedua, adanya partisipasi penuh seluruh masyarakat dalam menikmati hasil produksi nasional. Ketiga, Pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional harus adil dan berada di tangan rakyat.
Habis ini, jika anda ingin melihat sejauh mana roda ekonomi Indonesia berjalan, tak usah jauh-jauh melihat indeks saham di Bursa Efek Indonesia. Pergilah ke warkop dan belilah rokok ‘ketengan’ lalu minta ke pedagang warkop untuk menyetel chanel MNC Business.

Pangeran Diponegoro; Perokok dan Nasionalisme

pangerandiponegoro


Rokok dan para tokoh dunia, keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat. Begitu pun di Indonesia, para tokoh bangsa ini juga memiliki kedekatan yang erat dengan segala macam rokok khas Indonesia, mulai dari rokok yang dilinting sendiri hingga rokok kemasan. Hal tersebut tak dapat dipungkiri dan sudah tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Kedekatan para tokoh tersebut dengan rokok bukan tanpa alasan. Sebut saja Pramoedya Ananta Toer. Pria yang akrab disapa Pram, bahkan meminta sebatang rokok menjelang kematiannya. Baginya, setiap hisapan adalah nafas kehidupan bagi para petani tembakau untuk menghidupi anak-anaknya.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa Haji Agus Salim (Dubes RI pertama untuk Kerajaan Inggris, yang juga Pahlawan Nasional) ditanya oleh seorang tamu dalam sebuah jamuan diplomatik di London. Saat itu, Agus Salim sedang menghisap rokok kretek, dimana aromanya menarik perhatian seorang diplomat pada jamuan diplomatik tersebut. “Tuan menghisap apa?” tanya Diplomat itu kepada Agus Salim. Agus Salim menjawab, “Inilah yang membuat nenek moyang Anda sekian abad lalu datang dan kemudian menjajah negara kami.” Jawaban tersebut menjadi tamparan bagi para imperial Barat saat itu.
Tokoh nasional lain yang juga memiliki kedekatan erat dengan rokok, diantaranya adalah Bung Karno, Jenderal Soedirman, S.M. Kartosoewiryo, Chairil Anwar, Sultan Hamengkubuwono X dan lain sebagainya. Sedangkan tokoh dunia, diantaranya Albert Einstein, Josep Stalin, Steve Jobs, Mao Tse Tung (dibaca : Mao Zedong), Fidel Castro, Winston Churchill, Nikita Kruschev, Jawaharlal Nehru, Marshall Tito, Charles de Gaulle,  Ho Chi Minh, John F. Kennedy dan masih banyak lagi lainnya.
Tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas bukan sembarangan tokoh. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengaruh untuk mengubah dunia melalui pikiran dan karya-karyanya.
Mengenai Pangeran Diponegoro. Kita mengetahuinya saat mendapatkan pelajaran sejarah di sekolah. Ia merupakan salah satu sosok Pahlawan Nasional yang gigih berperang menentang penjajah Belanda pada perang yang disebut sebagai Perang Jawa (1825-1830).
Pangeran Diponegoro lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Nama kecilnya Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Ia meninggal saat berada di pengasingannya di Makassar pada 8 Januari 1855.
Sosok Pangeran Diponegoro menjadi bahan kajian banyak peneliti. Salah satunya adalah Peter Carey, sejarawan Universitas Oxford yang telah meneliti Pangeran Diponegoro selama 30 tahun. Peter mengungkapkan bahwa dia mengetahui Pangeran Diponegoro saat ia mencari referensi penulisan tentang Revolusi Prancis. Ketika membongkar arsip dan pustaka, matanya bertatapan dengan lukisan sosok Pangeran Diponegoro yang menurutnya “mistis dan magis”.
Setelah itu, Peter mulai menuliskan buku tentang Pangeran Diponegoro. Buku yang sudah ditulisnya, diantaranya, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (2014) dan Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa (2012). Dalam buku Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa (2012), Peter mengungkapkan ada banyak aspek tentang Pangeran Diponegoro.
Diantaranya Pangeran Diponegoro sangat suka merokok. Ia membuat rokoknya sendiri dengan gulungan daun jagung. Rokok jenis ini disebut Rokok Klobot.
Walaupun tidak disebutkan dengan jelas mengenai maksud Pangeran Diponegoro merokok seperti yang diutarakan oleh Pramoedya Ananta Toer maupun Haji Agus Salim. Yang perlu ditegaskan dalam hal ini adalah Pangeran Diponegoro merupakan seorang perokok dan rokok yang dihisapnya adalah Rokok Klobot, padahal pada saat itu Rokok Pipa juga tak kalah populer di kalangan bangsawan kerajaan dan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan Hindia Belanda. Terlebih, Pangeran Diponegoro juga dekat dengan kalangan bangsawan kerajaan.
Perlu diketahui bahwa sejak Christoper Columbus melihat komunitas lokal di Trinidad dan Tobago menghisap tembakau dengan menggunakan pipa pada 1498. Budaya menghisap tembakau dengan menggunakan pipa ini kemudian dibawa oleh Christoper Colombus ke benua asal mereka, benua Eropa, untuk diperkenalkan dan disebarluaskan.
Ternyata budaya yang dibawa oleh Columbus itu menjadi populer di masyarakat Eropa sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Kemudian budaya merokok dengan pipa ini dibawa oleh penjajah Belanda ke ke lingkungan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara.
Sedangkan menurut Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java yang ia tulis, kebiasaan merokok masyarakat Nusantara khususnya Jawa sudah dimulai sejak tahun 1601. Dalam naskah Jawa Babad Ing Sangkala menyebut bahwa kemunculan tembakau diikuti kebiasaan merokok bersamaan dengan mangkatnya Panembahana Senopati antara tahun 1601 hingga 1602.
Selain itu, dalam naskah Babad Tanah Jawi juga disebutkan bahwa Roro Mendut meracik tembakau dan cengkeh kemudian dibungkus dengan gulungan daun jagung kering untuk dijual sebagai upayanya membayar pajak kepada Kerajaan Mataram. Artinya, baik Rokok Klobot maupun Rokok Pipa, muncul dalam waktu yang hampir bersamaan di masyarakat Nusantara. Juga mengartikan bahwa hidup dan kebiasaan merokok Pangeran Diponegoro jauh setelah munculnya Rokok Klobot dan Rokok Pipa.
Pangeran Diponegoro patut dikenang sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya karena kegigihannya berjuang menentang penjajah Belanda pada Perang Jawa, tapi juga karena nasionalismenya pada budaya dan produk Tanah Air. Hal ini merupakan perwujudan dari kecintaan Pangeran Diponegoro pada bangsa dan negara sendiri.

8 Agu 2016

Permainan Khas Indonesia yang Unik Untuk di Mainkan


salam merdeka !!
indonesia begitu kaya akan budaya, lagu, makanan, kehidupan sosial serta yang tak luput adalah permainan tradisionalnya. indonesia memiliki banyak permainan tradisional, di setiap daerah indonesia memiliki sebutan dan permainan yang berbeda. di tengah arus teknologi yang begitu kencang tak jarang generasi muda beralih pikiran untuk mimilih permaian modern. generasi muda saat ini cenderung lebih antipati dan lebih asing dengan lingkungan terdekat. mari kita simak apa saja jenis permainan tradisional indonesia

1. Petak Umpet


petak umpet adalah  permainan yang menggunakan sistem, satu orang mencari temannya yang bersembunyi. dalam hitungan tertentu seorang di tunjuk sebagai pencari sedangkan temannya yang lain bersembunyi. serunya permainan ini adalah ketika anggota terakhir yang di cari begitu lama. bahkan tak jarang bila permainan ini berisi anggota yang cukup iseng, permainan berubah membingungkan ketika anggotanya pulang bukan hanya sembunyi. seru kan.

2. Lompat Tali


Lompat tali adalah permainan tradisional yang melibatkan 3 orang atau lebih. media yang di gunakan cukup sederhana yaitu seutas tali atau karet gelang yang di susun sedimikian rupa membentuk tali. 2 orang bertugas sebagai pemegang tali sementara 1 orang lainnya bertindak sebgai pelompat. umumnya lagu terlantun mengiringi permainan tersebut. semakin lama levelnya pun semakin naik, tali yang di pegang semakin tinggi dan pelompat pun harus semakin cekatan melewati tali tersebut.

3. Egrang


Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantaiatau tanah labil, bangunan sering dibuat di atas jangkungan untuk melindungi agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser. Jangkungan telah dibuat selama ratusan tahun.
Egrang di Indonesia biasa dimainkan ataupun dilombakan saat peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus. Egrang dengan versi lain juga dimainkan pada saat upacara sunatan.

4. Kelereng 

dengan menggunakan bola kaca berukuran mini anak anak menggunakan adu ketangkasan menembakkan bola mini ke target. permainan ini di mainkan 2 orang atau lebih. terdapat variasi tertentu untuk permainan ini dari mulai adu ketangkasan memasukkan ke lobang kecil sampai ketangkasan menembakkan kelereng ke target kelereng tertentu. permainan di jawa timur berbeda cara bermainnya dengan daerah jawa tengah atau daerah lainnya. adaptasi dari permainan ini begitu menyenangkan.

5. Gatrik
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Setelah selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan dimulai tadi. Makin jauh, maka makin enak digendong dan kelompok lawan akan makin lelah menggendong.

6. Ular Naga

Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).


Cara Bermain: 


Anak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan. 
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang".
Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.

7. Bola Lumpur
pernah memainkan sepak bola? bayangkan kini bukan lapangan atau tanah kosong yang menjadi media anda, 

7 Agu 2016

Tembakau di tengah masa Kolonial

 


Tembakau adalah sebuah harta karun tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Masuknya pertama kali di Indonesia dimulai ketika belanda memijakkan kaki. Tembakau yang semula di gunakan sebagai project prototype tanpa di sangka menjadi komoditi yang tumbuh subur di tanah Indonesia. Laporan tertulis yang di sampaikan oleh peniliti dan pengembang belanda bersambut baik, pihak kerajaan belanda terus mengirimkan support secara besar besaran. Kondisi ini juga di tambah oleh belanda yang mulai menduduki daerah inti di Indonesia.

                Tembakau memang di nilai sebagai daun emas oleh negeri negeri di dunia. Rokok saat itu merupakan hal wajib bagi sebagian orang di dunia. Rokok terus saja di produksi sebagai penyuplai media perang. Aneh memang mengapa rokok menjadi “ penyuplai” media perang? Pada saat itu semua tentara terlihat lebih garang dan tidak merasa suntuk dalam kondisi bersiaga bila menyalakan rokok. Medan pertempuran perang dunia kedua menjadikan ladang harta bagi perusahaan penyuplai perangkat perang. Perusahaan yang memproduksi seragam tentara menjadi bermunculan, perusahaan yang memproduksi senjata menjadi seketika kebanjiran permintaan saat itu, bagaimana dengan tembakau? Tentu saja rokok yang mereka sulap menjadi mesin uang. Perusahaan yang memproduksi rokok saat itu di prakarsai oleh kerajaan belanda, kerajaan inggris, serta perusahaan swasta. Rokok menjadi media perang paring laris dan paling penting. Harga yang cenderung murah serta banyaknya peminat menjadikan rokok menempati peringkat pertama dalam hal penjualan. Rekor ini Nampak dalam sebuah catatan petinggi VOC ( perushaan dagang belanda ) selongsong peluru berbading dengan 350 batang rokok. Sungguh angka fantastis untuk saat itu, setiap hari pemerintah dari Negara yang bersengketa mengirimkan rokok pada tentaranya hanya demi alas an tentaranya bergerak prima dan semangat membela negerinya.



                Tembakau pada masa perang dunia kedua sungguh menjadi penyuplai utama bagi kerajaan belanda. Kerajaan belanda yang memiliki perusahaan dagang mampu memenuhi peralatan perang tentaranya cukup dari penjualan komoditas tembakau saja. Harga peralatan tempur termasuk senjata artileri pesawat serta senjata perorangan di beli dengan mudahnya oleh kerajaan belanda. Padahal kita tahu pada masa perang semua peralatan perang melambung tinggi.  Itu masih belum termasuk biaya pengiriman dari Negara produsen senjata menuju daerah yang akan di kirim saat itu. Semua di tangani hanya lewat penjualan produk tembakau berupa rokok saja.

                Tembakau pada masa kolonial belanda di Indonesia merupakan hal yang di proritaskan. Bersaing dengan komoditas rempah rempah dan hasil lainnya tembaku menyita lahan paling besar saat itu. Tak jarang pada saat itu banyak bermunculan berbagai jenis tembakau, pemerintah belanda sengaja ingin menjadikan Indonesia sebagai lahan bisnis mereka untuk tembakau ini, maka di datangkanlah berbgai jenis varietas tembakau dari belahan dunia lainnya. hasilnya begitu mengejutkan semuanya tumbuh sempurna meski sebgaian terdapat kegagalan juga. Ini tentu di pengaruhi oleh tanah subur Indonesia.

       indonesia begitu luar biasa , segala jenis tumbuhan bisa dengan subur berdampingan hidup dengan manusianya. tak salah bila banyak negara memperebutkan indonesia atas nama dagang dan mencari keuntungan. rokok telah melewati masa tertentu yang cukup lama. rokok dan tembakau pun memiliki kisah suka duka di negeri indonesia. untuk saat ini tembakau mengalami penurunan signifikan. di daerah tertentu di indonesia tembakau telah di babat menjadi tumbuhan lain. negeri yang dahulunya di sebut sebagai negeri daun emas karena tembakaunya yang begitu melegenda kini sepertinya tak di yakini lagi.

ketidak sepahaman pemikiran ini di manfaatkan oleh berbagai pihak luar yang tidak ingin menjadikan indonesia sebagai negara yang maju dan mampu dengan hasil alamnya. padahal jika kita melihat pada masa kolonial belanda, kerajaan belanda mampu dan sangat yakin sekali membeli perangkat perang yang saat itu begitu mahal. ini terjadi begitu nyata. belakangan ini banyak gerakan yang begitu memusuhi tembakau. padahal begitu banyak manfaat tembakau yang masih belum tergali dan yang pasti tembakau tak selalu di jadikan sebagai rokok. generasi muda indonesia di tuntut untuk cerdas, tak semestinya berita yang berkembang di telan begitu saja. seandainya pada masa saat ini semua masyarakat bersinergi dengan pemikiran tembakau tak selalu di gunakan sebagai rokok mungkin indonesia sudah bisa mengekspor lebih banyak temakau kualitas terbaik. pada kenyataannya jumlah ekspor kita meningkat pertahun namun tembakau yang di ekspor semakin menurun.
semoga tulisan sederhana ini sedikit mengetuk hati kita, ternyata indonesia di karuniai isi alam yang luar biasa.

                

6 Jun 2016