Bulan Ramadhan segera tiba. Berbagai macam tradisi dilakukan untuk
menyambut bulan puasa di Indonesia. Simak 12 tradisi unik Ramadhan yang
membuat bulan puasa istimewa di Indonesia!
Kedatangan bulan Ramadan selalu disambut gegap gempita oleh
masyarakat Indonesia. Maklumlah, mayoritas penduduk Indonesia memeluk
agama Islam. Masyarakat Indonesia memiliki banyak tradisi atau ritual
khas dalam menyambut dan memeriahkan bulan istimewa bagi muslim ini.
Tidak mengherankan bila bulan puasa di Indonesia selalu menjadi
pengalaman yang berkesan dan dirindukan.
Inilah 12 tradisi unik dalam rangka menyambut dan memeriahkan
kedatangan bulan puasa Ramadhan yang hanya ada di Indonesia
1. Nyadran – Jawa
(source: republika.com)
Nyadran atau disebut juga
Nyekar, merupakan tradisi
khas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur ketika
mendekati bulan puasa Ramadhan. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu
sraddha yang berarti keyakinan.
Masyarakat Jawa memaknai Nyadran dari kata
sadran yang berarti
ruwah sya’ban.
Yaitu, bulan sebelum Ramadhan datang yang ditandai dengan tradisi
membersihkan makam keluarga dan kerabat. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur, tradisi nyadran masih banyak dilakukan. Areal makam umum ramai
oleh keluarga yang datang untuk membersihkan makam-makam keluarga atau
orangtua mereka, menaburkan bunga dan berdoa.
(source: seputaraceh.net)
Meugang merupakan tradisi khas masyarakat Aceh yang sudah berlangsung
sejak ratusan tahun silam di masa Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan
Iskandar Muda. Ketika itu Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam
jumlah banyak dan dagingnya dibagikan ke seluruh masyarakat,
menjelang kedatangan Ramadhan.
Masyarakat Aceh menggelar tradisi Meugang selama tiga kali dalam
setahun, yaitu saat Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Menyambut
Ramadhan, tradisi Meugang berlangsung satu hari sebelum Ramadhan di
areal pedesaan. Sedangkan di Aceh perkotaan, Meugang berlangsung dua
hari sebelum bulan puasa.
Dalam tradisi ini, masyarakat Serambi Mekkah akan memasak daging dan
menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu sebagai bentuk
rasa syukur selama 11 bulan
mencari nafkah.
Selain kambing dan sapi, ayam dan bebek juga ikut disembelih. Daging
dimasak dirumah, setelah itu masyarakat Aceh berbondong membawa hidangan
ke mesjid untuk dimakan bersama-sama tetangga.
4. Perlon Unggahan – Banyumas, Jawa Tengah
(source: tempo.co)
Perlon Unggahan adalah tradisi khas masyarakat Banyumas, Jawa Tengah,
yang sudah berlangsung sejak beberapa abad silam. Tradisi ini
berlangsung seminggu sebelum kedatangan bulan puasa yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.
Ritualnya berupa ziarah kubur leluhur yaitu ke makam Bonokeling tanpa
alas kaki sambil mengusung nasi ambeng. Pengikut adat ini berjalan kaki
hingga 30 kilometer dari Cilacap, melintasi perbukitan yang memisahkan
Banyumas dan Cilacap.
Di makam Bonokeling tersebut, enam Kasepuhan berdoa, yaitu Kasepuhan
Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai
Wangsapada, dan Kyai Naya Leksana. Setelah itu, diadakan makan besar
yang diramaikan oleh warga sekitar.
Dalam tradisi ini, tersedia banyak makanan tradisional seperti nasi
bungkus, serundeng sapi dan sayur kuah. Masyarakat biasanya berebut
makanan-makanan itu dan meyakini makanan tersebut akan menambah
keberkahan di bulan puasa.
5. Malamang – Minangkabau, Sumatra Barat
(source: tempo.co)
Tradisi malamang atau membuat lemang menjadi ritual khas masyarakat
minang di Sumatra Barat menyambut kedatangan bulan puasa. Malamang
berarti membuat lemang, yaitu makanan dari beras ketan yang dimasukkan
ke buluh bambu beralas daun pisang. Lalu, lemang itu disiram santan dan
dipanggang dengan kayu bakar hingga beberapa jam. Kegiatan membuat
lemang inilah yang disebut malamang.
Malamang menjadi tradisi khas masyarakat Sumatra Barat ketika
menyambut hari-hari penting dalam kalender Islam. Lemang biasa
disajikan dengan tapai sipuluik yang terbuat dari beras ketan hitam atau
merah.
6. Balimau – Minangkabau, Sumatra Barat
(source: wego.com)
Masih dari Sumatra Barat. Menyambut bulan Ramadhan, masyarakat
Minangkabau memiliki ritual Balimau yaitu tradisi mandi memakai air
jeruk nipis yang dilakukan di kawasan dengan aliran sungai atau tempat
pemandian.
Tradisi ini dilatarbelakangi keinginan untuk membersihkan diri lahir
batin sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Mengapa memakai jeruk nipis?
Ini tidak terlepas dari tradisi berabad silam di mana ketika itu
masyarakat belum mengenal sabun seperti saat ini. Sehingga, jeruk nipis
atau limau menjadi pilihan membersihkan diri.
7. Kirab Dandhangan – Kudus, Jawa Tengah
(source: solopos.com)
Tradisi unik menyambut kedatangan bulan puasa ini berlangsung di
Kudus, Jawa Tengah. Kirab Dhandhangan mengacu pada tradisi di masa Sunan
Kudus masih ada, yaitu ketika para santri beliau berkumpul di depan
mesjid Al Aqsha atau Mesjid Menara Kudus untuk menunggu pengumuman dari
Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.
Setelah diumumkan keputusannya oleh Sunan Kudus, beduk di mesjid pun
ditabuh dan dari sanalah istilah Dhandhangan lahir. Akhirnya, lambat
laun ritual pengumuman itu menarik banyak pedagang untuk membuka lapak
dagangan. Kini, ritual tersebut menjadi semacam kirab budaya yang
dimulai sejak dua pekan sebelum puasa dan berakhir pada malam hari
menjelang sahur pertama.
8. Nyorog – Betawi
(source: tripvisto.com)
Ini adalah tradisi khas masyarakat Betawi. Nyorog merupakan tradisi
membagikan bingkisan makanan pada keluarga yang lebih tua seperti Bapak,
ibu, mertua, paman, kakek atau nenek. Kebiasaan mengirimkan bingkisan
ini masih berlangsung sampai sekarang walau isi bingkisan sudah berubah
mengikuti perkembangan zaman.
Bila dahulu isi bingkisan adalah makanan matang seperti sayur atau
lauk, kini berganti dengan mengirimkan bingkisan berisi biskuit, kopi,
gula, sirup, dan lain-lain. Bagi masyarakat Betawi, tradisi Nyorog ini
bermakna sebagai tanda saling mengingatkan bahwa Ramadhan akan segera
tiba, juga sebagai cara mempererat silaturahmi.
9. Gebyar Ki Aji Tunggal – Jepara, Jawa Tengah
(source: youtube.com)
Ini adalah tradisi yang berlangsung di Jepara, Jawa Tengah, setiap
menyambut Ramadhan. Kegiatan Gebyar Ki Aji Tunggal digelar untuk
mengingatkan masyarakat akan kedatangan bulan suci Ramadan. Karnaval
budaya ini digelar tiap bulan Sya’ban dalam kalender Islam atau bulan
Ruwah dalam kalender Jawa.
10. Megibung – Bali
(source: pancastory.blogspot.com)
Megibung adalah tradisi menyambut Ramadhan yang rutin digelar oleh
masyarakat muslim di Bali. Tepatnya di Kampung Islam Kepaon, Karangasem,
bagian timur Pulau Dewata. Acara Megibung digelar pada hari ke 10, 20
dan 30 hari puasa.
Tradisi ini diperkenalkan oleh Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung
Anglurah Ketut Karangasem sekitar abad 17 masehi. Megibung berasal dari
kata
gibung yang berarti kegiatan saling berbagi, duduk melingkar dan makan bersama dengan suguhan nasi dan lauk pauk di atas nampan.
Sampai saat ini, Megibung masih lestari dilakukan oleh masyarakat Karangasem terutama yang beragama Islam.
11. Malam Selawe – Gresik, Jawa Timur
(source: suaragresik.com)
Malam selawe merujuk pada kata
selawe atau 25 dalam bahasa
Jawa. Ini adalah tradisi khas masyarakat Gresik, Jawa Timur, yang
berlangsung pada malam ke-25 Ramadhan. Tradisi ini sudah berlangsung
sejak zaman Sunan Giri, salah satu dari Walisongo yang termasyhur.
Pada 10 hari terakhir bulan puasa, orang Islam meyakini bahwa malam
lailatul qodar
atau malam seribu bulan akan datang. Maka itu, banyak muslim yang
menjalankan itikaf atau menyepi di mesjid agar lebih khusyuk beribadah.
Nah, masyarakat Gresik dan sekitarnya banyak yang memilih menyepi di
mesjid Giri, di daerah perbukitan di Selatan kota pantai utara Jawa itu.
Semakin lama semakin banyak orang yang datang ke mesjid Giri untuk
beribadah sampai jalanan di sepanjang arah mesjid menjadi
ramai. Keramaian ini mengundang kedatangan para pedagang hingga akhirnya
sampai saat ini, setiap malam 25 di bulan puasa, digelar tradisi malam
selawe di Gresik. Sepanjang jalan Sunan Giri ramai dikunjungi pengunjung
yang mendatangi pasar kaget.
Selain malam Selawe, ada juga tradisi malam Bandengan
setiap menjelang berakhirnya bulan Ramadhan. Malam Bandengan adalah
malam di mana para petambak bandeng panen ikan bandeng dalam ukuran
jumbo hingga dilelang di pasar Gresik. Ikan bandeng ini akan menjadi
suguhan penutup puasa dan melengkapi hidangan khas Lebaran di kota
santri tersebut.
12. Megengan – Jawa Timur
(source: halomalang.com)
Ini adalah tradisi khas masyarakat Jawa Timur seperti Tuban, Malang dan Surabaya. Megengan berasal dari kata
megeng,
bahasa Jawa yang berarti menahan. Tradisi Megengan menjadi
peringatan atau penanda bahwa sebentar lagi bulan puasa akan tiba di
mana umat Islam diwajibkan berpuasa dan menahan diri dari hal-hal yang
bisa membatalkan puasa.
Tradisi megengan bisa berupa makan bersama tetangga-tetangga
terdekat berupa kendurian, ziarah kubur, masak besar dan membagi-bagi ke
sanak saudara dan kerabat, kenduri di mushola atau langgar. Tradisi ini
menjadi salah satu jejak sejarah penyebaran Islam di Jawa yang
mengakulturasi budaya masyarakat setempat atau kearifan lokal.
Itulah tradisi-tradisi unik masyarakat Indonesia ketika menyambut dan
memeriahkan bulan Ramadhan. Beragam tradisi yang khas Indonesia itu
menjadi bukti kesekian betapa kaya budaya dan kearifan lokal masyarakat
Indonesia. Selamat menyambut bulan suci Ramadan